Amar Ma’ruf-Nahi Munkar di Keluarga

By Hidayatullah Bengkulu Selatan - Rabu, April 18, 2018

Kenakalan remaja itu sebagai buah dari sikap permisif orangtua. Benarkah?

Apa yang melatari kenakalan remaja masa kini? Bila pertanyaan ini diajukan kepada segenap orangtua, bukan mustahil dengan gampang telunjuk menyebut satu persatu dalangnya. Mulai dari kecanggihan teknologi (internet), tontonan di televisi, hingga praktik hidup hidonis yang dipertontonkan oleh publik figur di negeri ini.

Oke, kita amini itu semua. Tapi pernahkah terpikir di benak, bahwa kenakalan remaja, itu sebagai buah dari sikap permisif orangtua terhadap kemungkaran yang dilakukan anak-anak di rumah, dan lesunya melakukan amar ma’ruf?

Anak Panti Asuhan Al-Manna sedang belajar dengan Orangtua Asuh.
Amar ma’ruf (mengajak kebaikan)  dan nahi munkar (mencegah kemungkaran) merupakan perkara penting dalam urusan agama. Betapa Allah ﷻ dan Rasul-Nya menjanjikan kebaikan kepada suatu kaum, bila mana mampu menegakkan syariat ini. Sebaliknya, dijanjikan kehancuran bagi mereka yang mengabaikannya.

Simak firman Allah ﷻ dalam al-Qur’an; “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”. (Ali-Imron:110)

Sedangkan dalil yang mengandung ancaman bagi mereka yang mengacuhkan; “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu”. (Al-Ma’idah:78-79)

Logika sederhananya; bila stabilitas suatu kaum/bangsa yang jumlahnya besar saja terancam dengan menafikan penegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, maka apatah lagi sekup yang lebih kecil; keluarga. Lagian, bukankah kaum itu merupakan kumpulan dari keluarga satu dengan dengan lain sehingga membentuk satu komunitas/kaum.

Maka menjadi kewajaran, bila mayoritas keluarga melalaikan penegakkan amal ma’ruf dan nahi munkar ini, yang terjadi kemudian kerusakan moral nan kolektif dalam linggkup masyarakat.

Nampaknya inilah gejala sosial ini yang tengah terjadi di masyarakat; abai terhadap penegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam lingkup keluarga. Ada bukti? Berserakan!. Coba perhatikan para remaja putri di pinggir jalan, dengan gaun apa mereka keluar rumah.

Bukankah tidak sedikit mereka mengenakan pakaian you can see. Atau minimal  tidak menutup aurat. Dandanan mereka begitu menor. Parfum yang dipakai aromanya semerbak. Bukankah ini bertangan dengan tuntunan islam? Lalu mengapa mereka bisa ‘lolos sensor’orangtua hingga bisa keluar rumah?

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka!’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang”. (al-Ahzab:59)

Sedangkan larangan untuk bersolek diluar rumah, Allah berfirman; “Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu..” (al-Ahzab: 33)

Mengenai ayat ini, Syaikh As-Sya’di menjelaskan dalam tafsirnya; “Janganlah kalian (wahai para wanita) sering keluar rumah dengan berhias atau bersolek, sebagaimana kebiasaan wanita-wanita jahiliyah terdahulu, dimana mereka memiliki pengetahuan dan agama. Semua ini dalam rangka mencegah keburukan (bagi kaum wanita) dan sebab-sebabnya.” (Taisiru al-Karim al-Rahman fi Tafsiri kalami al-Mannan:233)

Terkait dengan hubungan lawan jenis, di mana kita mudah sekali menemukannya di jalan-jalan, taman-taman, tempat hiburan, dan sebagainya. Sudahkah orangtua mengingatkan mereka? Atau justru memberi lampu hijau, karena menganggap ini sudah biasa dengan gaya hidup anak mudah masa kini.

Padahal dilain pihak, dengan tegas Allah melarang untuk mendekati zina. Karena ini perbuatan keji. Dan pacaran adalah 'pintu tol' untuk mengarah kesana. Dan ini sudah menjadi rahasia umum. Bukan hal tabu lagi, mendengar anak gadis hamil diluar nikah. Na'udzu billahi mindzalik

Terkait dengan amar ma'ruf, sudahkah kita sebagai orangtua mengingatkan mereka untuk senantiasa menjalankan perintah agama, seperti shalat, mengaji, dan puasa. Bukankah banyak didapati, para remaja asyik nongkrong di warung kopi, pusat pembelanjaan, taman-taman kota, disaat adzan berkumandang.

Sungguh fenomena-fenomena yang menyayat perasaan orangtua ini bisa diminimalisir, mana kala orangtua proaktif dalam menegakkan amar ma'ruf dan nahi munkar di dalam rumah.

Tidak akan didapati remaja putri berlenggak-lenggok dengan pakaian super ketat, rambut terurai, dan parfum semerbak. Bila orangtua, khusunya ayah yang notabene sebagai imam keluarga, bersikap tegas melarang mereka. Bahkan akan lebih mudah lagi membina, bila sejak kecil sudah dibiasakan dengan adab berpakaian yang demikian.

Begitu pula dengan prilaku lainnya. Anak-anak tidak akan gampang membonceng teman lawan jenisnya, apalagi sampai jatuh kelubang perzinaan, bila orangtua juga aktif menyoroti aktivitas mereka, menanamkan nilai-nilai agama, serta menegur bila mendapati kekeliruan, sekecil apapun. Apa lagi kalau sudah kebablasan.

Sungguh praktek hidup berumah tangga semisal inilah yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. Misal, Rasulullah ﷺ pernah menegur Aisyah lantaran membicarakan sesorang dihadapan beliau. Maka Rasulullah ﷺ menegur dengan bersabda, "Aku tidak suka mendengar cerita tentang seseorang, dan aku ceritakan begini dan begitu."

Peristiwa lain. Hari itu hari raya Idul Adha. Rasulullah ﷺ membonceng Fadhl bin al-Abbas yang saat itu tengah memasuki usia remaja. Di tengah perjalanan, secara tiba-tiba datanglah seorang wanita cantik dari suku Khats'am kepada mereka berdua, dan menanyakan urusan agama.

Fadhl waktu melihat lekat si wanita. Melihat itu, langsung saja Rasulullah ﷺ memegangi dagunya dan memalingkan wajahnya dari pandangan pada wanita itu. Abbas yang saat itu juga berada dilokasi kejadian bertutur kepada Nabi ; "Kau telah membengkokkan leher keponakannmu sendiri."

Terhadap komentar ini, Nabi Muhammad ﷺ menimpali; "Kau telah melihat seorang pria remaja dan seorang wanita remaja. Keduanya takkan aman dari fitnah."

Sampai di sini, marilah kita sebagai orangtua menekatkan diri untuk proaktif  menegakkan amar ma'ruf dan nahi munkar dalam keluarga, demi keselamatan putra-putri kita dari fitnah zaman yang luar biasa ganasnya seperti saat ini. Wallahu a'lamu bish-shawab.

Sumber: Robinsah | Majalah Suara Hidayatullah Edisi 12 (April 2018)

  • Bagikan ke:

Mungkin Antum Mau Baca Ini Juga

0 komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.