Menjaga Semangat Ibadah Dan Ukhwah

By Hidayatullah Bengkulu Selatan - Kamis, November 08, 2018

"Bener deh, semalam itu aku gak ingat lagi, udah sholat belum, soalnya balik kantor aku capek banget. Jadi gimana ini ya?" Demikian kisah seorang karyawan di ibu kota yang begitu menyesal telah kehilangan momentum beribadah sebagaimana mestinya.

Menjalankan ibadah, apalagi di luar Ramadhan memang bukan hal mudah, terutama bagi kebanyakan umat yang sehari-hari sibuk berkativitas mencari nafkah. Di sini, tantangan ibadah yang sesungguhnya baru dimulai.

Ramadhan, Alhamdulillah, masih ada nuansa yang mendukung diri untuk rajin beribadah. Tetapi, begitu Ramadhan usai, suasana itu seperti embun yang menguap, cepat dan tak tentu rimbanya. Tetapi, inilah momentum dimana kita dituntut untuk mampu menjaga semangat ibadah dan ukhwah.

Poto diambil dari postingan instagram @hidayatullahbengkuluselatan (30/09/18)


PERTANYAANNYA, UNTUK APA KITA MESTI MENJAGA SEMANGAT IBADAH?

Suatu saat ada seorang sahabat menemui Rasulullah dan mengutarakan keinginannya bahwa kelak dia ingin masuk surga bersama Nabi Muhammad. Rasul pun bersabda, "Bantulah aku (untuk memperbaiki) dirimu dengan memperbanyak sujud." (HR. Muslim).

Dengan kata lain, orang yang memiliki semangat ibadah adalah orang yang punya cita-cita tinggi dan mulia bersama idola sejatinya, yakni Rasulullah. dan, betapa meruginya orang yang membiarkan umurnya berlalu tanpa ibadah yang semestinya.

GODAAN

Ibn Jauzi daklam Shaid Al-Khatir menuturkan, "Aku mengetahui bahwa tipu daya dan makar terbesar setan adalah mempermainkan para pemilik harta dengan beragam angan-angan dan beraneka kesenangan yang melalaikannya dari akhirat dan amal-amalnya."

Demikianlah godaan yang dihadapi umat manusia. Bahkan kala harta berhasil dihimpun, muncul bisikan dari setan agar harta itu disimpan saja untuk dirinya sendiri. Tidak perlulah memikirkan nasib orang lain, suruh siapa bodoh, miskin dan pengangguran. Salah mereka sendiri.

Pada akhirnya muncul sifat arogan, memandang remeh orang yang lemah dan merasa tidak butuh dengan apapun, karena merasa mencukupi dengan harta yang dihimpunnya. Pada akhirnya sampai seperti Fir'aun yang merasa diri adalah tuhan.

Padahal, hadirnya manusia di muka bumi ini tiada lain adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah ta'ala. (QS. 51:56).

Oleh karena itu tidak semestinya karena alasan pekerjaan, ibadah ditinggalkan. Yang sebenarnya pekerjaan itu sendiri kalau diniatkan ibadah akan menjadi ibadah amal sholeh yang bernilai di sisi-Nya.

Namun jangan juga salah kaprah. Merasa diri cukup dengan apa yang ada hari ini. Islam menghendaki peningkatan diri. Jadi tetaplah semangat bekerja dan berkarya, namun jangan sampai lupa kewajiban (Ibadah kepada Allah Ta'ala).

Dan, ibadah itu sendiri tidak selalu shalat, tetapi juga peduli dengan sedekah, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, membantu yang lemah, menahan amarah, dan memberikan maaf kepada sesama. Tidak heran jika kemudian dalam Islam setelah ibadah ada ukhwah.

Poto diambil dari postingan instagram @hidayatullahbengkuluselatan (30/09/18)

MENGUATKAN UKHWAH

Hal pelik selepas wafatnya Rasulullah adalah perihal ukhwah. Dan, sampai sekarang persatuan umat Islam juga belum terwujud. Tiada lain karena memang ukhwah belum terjaga.

Namun, kita tidak perlu terlalu jauh memusingkan diri dengan ukhwah dalam sekala global. Mari kita mulai dari skala yang memang bisa kita wujudkan, yakni dari keluarga.

Kadang kala ada orang dengan 5 saudara kandung. Tetapi 3 di antaranya tidak pernah saling sapa, bahkan semakin jauh dari persaudaraan. Atau mungkin, ada seorang istri yang berselisih dengan mertua, saudara ipar dan keluarga besar suami. Termasuk seorang keponakan terhadap paman atau tantenya. Semua punya alasan masing-masing.

Namun, kala perseteruan yang dibadaikan, maka ibadah yang kita lakukan akan menjadi kurang bermakna bahkan mungkin dan atau tidak berguna sama sekali.

Dengan demikian, selagi masih dalam nuansa Idul Fitri, mari senantiasa pelihara semangat diri dalam berukhwah. Kunjungilah atau setidaknya sapalah meski hanya sebatas via telpon, WA atau media sosial. Sebab, indahnya ibadah akan semakin sempurna dengan kokohnya ukhwah.*/ Abu Ilmia

*Sumber: Abu Ilmia (Majalah Mulia Edisi Juli 2016 hal. 46 - 47)

  • Bagikan ke:

Mungkin Antum Mau Baca Ini Juga

0 komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.