Sejarah Hidayatullah Bengkulu Selatan
Pondok Pesantren Hidayatullah pada awalnya muncul
di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada akhir tahun 1993 M. Ust. Endi Haryono
& Ust. Asdar lulusan Aliyah Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan
ditugaskan oleh Pimpinan Umum untuk merintis cabang Pondok Pesantren
Hidayatullah di Provinsi Bengkulu. Alhamdulillah, perjuangan dakwah yang terus
istiqomah dilakukan para da'i Hidayatullah Bengkulu, Allah ï·» izinkan untuk
menghadirkan Pondok Pesantren Hidayatullah di 8 kabupaten dari 10 kabupaten
yang ada di Provinsi Bengkulu, 2 kabupaten yang tersisa adalah Kabupaten Bengkulu
Selatan & Kabupaten Kaur. *(Data 2016)
Pada sore hari selepas sholat ashar diantara
hari-hari diakhir bulan Agustus 2016, terjadi obrolan singkat antara Ust. Subur
(Ketua DPW Hidayatullah Bengkulu periode 2015-2020) dengan Santri Pengabdian di
PonPes Hidayatullah Kota Bengkulu, yaitu: Julius Hidayat dan Ahmad Maulana,
serta santri SMA Hidayatullah Bengkulu, Muhammad Hamka. Obrolan singkat ini,
menceritakan tentang kisah-kisah para pendahulu yang berjuang untuk
menghadirkan kembali peradaban islam, dengan wujud merintis Kampus-Kampus
Miniatur Peradaban Islam, seperti kisah Ust. Endi & Ust. Asdar yang siap
ditugaskan merintis Pondok di Bengkulu, meskipun pendidikan mereka baru SLTA
sederajat. Alhamdulillah, hasil perjuangan para perintis sudah banyak menghasilkan
orang-orang yang InSyaaAllah taat kepada Rabb-nya ï·». Obrolan ini berakhir
beberapa menit sebelum adzan sholat maghrib, yang pada intinya menawarkan
kepada ketiga orang santri, untuk merintis Pondok Pesantren Hidayatullah di
Bengkulu Selatan.
Akhirnya sore itu juga Julius Hidayat & Ahmad
Maulana, memutuskan untuk siap untuk merintis di Bengkulu Selatan. Keduanya
pada hari-hari berikutnya meminta restu kepada orangtua mereka, alhamdulillah
proses perizinan berjalan lancar. Dalam benak kedua orang ini sebenarnya belum
tahu seperti apa medan, kultur, dan budaya Bengkulu Selatan. Bismillah, niat
sudah terpatri dalam diri untuk berjuang dalam menghadirkan Kampus Miniatur
Peradaban Islam, dengan harapan kampus tersebut dapat melahirkan orang-orang yang
taat kepada Rabb-nya ï·» dan Allah ï·» ridho atas perjuangan
pergerakan islam ini.
Halaqah Muharram 1438 H di Hidayatullah Medan |
Cukup menarik langkah perjalanan pra
keberangkatan dalam penugasan merintis pesantren, yang paling kuat bertarung
dalam diri mereka saat itu adalah perasaan yang was-was akan ngeri dan betapa
menakutkannya hidup di daerah perintisan. Saat itu Julius Hidayat dan Ahmad
Maulana belum pernah sama sekali terjun kepada masyarakat untuk membawa misi
besar ini mengingat umur yang masih muda dan kemampuan yang sangat terbatas.
Halaqah Muharram (14, 15 Muharram 1438 H) mereka diikutkan untuk hadir di
kampus Hidayatullah Medan untuk mengambil spirit perjuangan melalui tokoh-tokoh
yang telah mengukir namanya di papan sejarah perintisan Pondok Pesantren
Hidayatullah.
Di awali dengan mengisi spirit, nasehat, serta kemantapan niat untuk siap turun ke gelanggang perjuangan di Bengkulu Selatan, dengan segala kemampuan dan kekurangan yang mereka miliki. Bukan karena mereka mampu melakukan tugas itu namun mereka yakin akan pertolongan Allah yang sudah menjadi janjinya untuk menolong hambanya yang menolong agamanya. Tepat pada tanggal 10 Safar 1438 H (10 November 2016 M) penugasan pun di jalani, hanya berbekalkan pakaian dan sebuah kamar takmir masjid sajalah tempat saat itu.
Di awali dengan mengisi spirit, nasehat, serta kemantapan niat untuk siap turun ke gelanggang perjuangan di Bengkulu Selatan, dengan segala kemampuan dan kekurangan yang mereka miliki. Bukan karena mereka mampu melakukan tugas itu namun mereka yakin akan pertolongan Allah yang sudah menjadi janjinya untuk menolong hambanya yang menolong agamanya. Tepat pada tanggal 10 Safar 1438 H (10 November 2016 M) penugasan pun di jalani, hanya berbekalkan pakaian dan sebuah kamar takmir masjid sajalah tempat saat itu.
Belum Selesai