Sahur dan Berbuka Dengan Thibbun Nabawi
By Hidayatullah Bengkulu Selatan - Sabtu, Juni 29, 2019
Puasa dalam Islam jauh lebih baik dari sekedar himyah
(menahan makan). Puasa dalam islam adalah ibadah, bentuk penyehatan diri dan
untuk menggapai takwa. Maka ada baiknya kita mempelajari juga perihal berbuka
dan bersantap diantara dua puasa agar ketika berpuasa tidak mengalami ganguan,
penyakit atau kelemahan fisik.
Rasa lemah dan mengantuk terus menerus yang sering mendera
selama ramadhan dan akhirnya membuat malas-malasan melaksanakan ibadah lainnya,
bisa jadi dipengaruhi asupan sejak berbuka hingga sahur.
Terlalu banyak makan menyebabkan lambung menjadi dingin
(kurang enzim pencernaan). Mengonsumsi berbagai makanan, seperti yang lambat
dan cepat dicerna secara bersamaan, justru dapat menyebabkan penyakit. Oleh karenannya
Rasulullah ﷺ pun ketika dapat
tersedia makanan, beliau memiliki menu berbuka dan sahur sederhana lagi baik
untuk tubuh.
Berikut ini
makanan dan minuman yang terdukementasi dalam hadits dan dapat menjadi pilihan
untuk sahur dan berbuka
1. Ruthob (Kurma Segar)
“Rasulullah ﷺ
biasa bebruka dengan ruthob (kurma segar) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak
ada ruthob (kurma basah), maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika
tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.” (Riwayat Abu Daud
dan Ahmad. Syaikh Al-Bani mengatakan bahwa haidts ini hadits hasan shahih).
Menurut Ibnu
Muflih, sifat kurma ruthob panas dan lembap pada tingkat kedua, dapat
menguatkan lambung yang dingin dan cocok untuk tipe lambung tersebut. Ruthob dapat
meningkatkan libido dan memberi nutrisi untuk tubuh.
Namun bagi
yang belum terbiasa mengonsumsinya bisa mengalami pusing, sembelit dan nyeri
kandung kemih apabila terlalu banyak memakannya. Untuk mencegah hal tersebut
dapat mencegah hal tersebut dapat mengonsumsi ruthob dengan mentimun atau
semangka.
2. Tamr
(Kurma Kering)
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Jika salah seorang diantara kalian akan berbuka puasa, maka berbukalah dengan
kurma sebab kurma itu berkah, kalau tidak ada, maka dengan air karena air itu
bersih dan suci.” (Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi)
Kurma kering
(Tamr) saat ini telah sangat mudah ditemukan di Indonesia, tak hanya di bulan
Ramadhan. Tentunya menu ini sangat memungkin untuk diterapkan sebagai makanan
utama ketika berbuka, tentunya juga sahur.
Hadits Abu
Hurairah, dari Nabi ﷺ “Sebaik-baiik (menu) makan sahur seorang mukmin adalah tamr (kurma kering).” (Riawayat Abu Daud : 23345, hadits ini hadits shahih)
Mengenai berbuka
dengan tamr, Ibnu Muflih menjelaskan, puasa itu mengosongkan perut dari
makanan, sehingga liver dan stamina pun melemah. Sedangkan stamina sangat tertarik
dan suka kepada sesuatu yang manis, sehingga ia bisa menguat dengan cepat bila
mendapatkannya.
Kurma,
khususnya ruthob dan tamr adalah makanan pokok penduduk Madinah zaman
Rasulullah ﷺ. Mereka memperlukannya seperti nasi bagi orang Indonesia. Apabila kita
telah terbiasa Insya Allah bersantap sahur dengan tamr akan mendapatkan manfaat
yang sama. Namun apabila terbiasa bisa saja mengalami efek samping berupa sakit
kepala, haus dan perut terasa panas. Hal itu dapat diatasi dengan meminum
sakanjabin setelah mengonsumsi tamr yang resepnya telah dijelaskan di edisi
lalu.
Apabila kurma
terlalu manis, efek negatif yang ditimbulkan adalah rasa haus, maka dapat
berbuka dan sahur dengan kurma dan segelas air. Kurma tersebut juga dapat dibuat
naqie’ agar tidak terlalu manis dan lebih cepat diserap tubuh. Selain itu bagi
ibu hamil dan menyusui dapat mengonsumsi kurma tamr yang direndam dalam susu.
3. Susu
Dari Anas
radhiallahu ‘anhu berkata, “Adalah (Nabi) ﷺ bila puasa, beliau berbuka dengan
susu.” (Riwayat Thabrani dan Daraquthni, hadits lemah)
Dalam hadits
ini susu yang dimaksud adalah laban, bahasa lainnya labneh, yaitu berupa susu
yang telah diasamkan, seperti yougurt. Sedangkan susu yang segar dan belum asam
disebut laban halib. Hadits ini lemah.
Rasulullah ﷺ
sering meminum susu di malam hari, misalnya ketika beliau sedang dalam
perjalanan hijrah dan menetap di Gua. Pengembala kambing milik Abu Bakr
radhiallahu ‘anhu lah yang memasak dan membawakan laban mardhub untuk mereka
berdua.
4. Sawiq (Air Biji Barley Gandum)
Dari Abdullah
bin Abi Aufan radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Kami bersama Rasulullah ﷺ dalam
sebuah perjalanan sedangkan dia dalam keadaan puasa. Ketika matahari terbenam
dia berkata kepada sebagian orang, ‘wahai pulan campurkan sawiq dengan air dan
aduklah agar dapat kita minum.’ Dia berkata, ‘Wahai Rasulullah ﷺ hari masih
sore.’ Beliau berkata ‘turunlah dan buatkan minuman itu untuk kami.’ Dia berkata,
‘Wahai Rasulullah ﷺ, hari masih sore.’ Beliau berkata, ‘turunlah dan buatkan
minuman itu.’ Dia berkata, ‘hari masih siang.’ Maka dia singgah untuk
membuatkan minuman, lalu Nabi ﷺ meminumnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Jika
kalian menyaksikan malam telah datang dari sini dan sini, maka orang berpuasa
boleh berbuka.” (Riwayat Bukhari (1955) dan Muslim (1101))
Sawiq adalah
minuman yang menyegarkan dan bergizi biasanya terbuat dari butir biji-bijian
seperti biji barley atau gandum yang telah di sangrai ditambah dengan
kacang-kacangan seperti almond, gula dan air. Minuman ini dapat membuat wanita
menjadi gemuk berisi, cantik dan sehat.
Sawiq yang
dibuat dari gandum dapat meredahkan hawa panas dan haus, direkomendasikan untuk
orang-orang dengan liver yang bersifat panas. Sawiq dari tepung barley lebih
mendinginkan, menutrisi, lebih manis dan lebih lembut dari sawiq gandum.
Sawiq adalah menu berbuka bagi para traveler, terutama
seperti yang dialami oleh Rasulullah ﷺ yang harus mengembara menerjang gurun yang
panas. Berbuka dengan sawiq akan menyegarkan tubuh dan meredahkan panas tubuh
serta haus yang sangat.
Di zaman
Rasulullah ﷺ lebih mudah ditemukan biji barley sebagai makanan pokok dibanding
gandum. Sementara di Indonesia gandum lebih mudah didapat dibanding dengan
biji barley. Dalam kitab At-Tabikh, Ibnu Sayyar menempatkan satu bab mengenai resep
sawiq bagi kalangan traveler.
5. Air
Diriwayatkan oleh
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Bersahurlah! Meski hanya
dengan meminum seteguk air” (Riwayat Ibnu Hiban (3476), hadits ini hasan)
Air adalah
materi paling sederhana juga untuk keadaan darurat bagi menu sahur dan berbuka
mengingat pentingnya menjaga kesehatan air dapat melaksanakan tugas itu.
Wallahu a’lam, Semoga bermanfaat!
Sumber: Joko Rinanto,
Pengajar dan Praktisi Thibun Nabawi | Majalah Suara Hidayatullah Edisi 1 (Mei
2019) hal. 30-31
0 komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.