Perang Yarmuk - Mengakhiri Hegemoni Romawi
By Hidayatullah Bengkulu Selatan - Rabu, Oktober 03, 2018
Sungai Yarmuk |
Berulang kali pasukan Islam yang sedikit berhasil menaklukkan musuh yang jumlahnya berlipat. Bagaimana strateginya?
Perang Yarmuk atau dikenal dengan Battle of Hieromyax disebut sejarawan sebagai perang gemilang dalam sejarah islam. Perang yang terjadi pada tahun 13 H di tepi sungai Yarmuk ini begitu dahsyat dan kelak amat menentukan peta dunia.
Dalam perang ini kaum Muslimin berhasil mengalahkan pasukan Romawi (Bizantium). Akhirnya Islam bisa meyebar ke Palestina, Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama kristen.
Perang bermula dari kegelisahan Kaisar Romawi, Heraklius. Pasalnya, semakin banyak daerah jajahannya yang direbut pasukan Islam. Penguasa daerah adikuasa ini bermaksud untuk mengambil kembali jajahannya.
Heraklius mengerahkan 200 ribu pasukan. Dia juga minta bantuan kepada pasukan suku Arab Kristen Ghasan, Yunani, Perancis, Armenia, Rusia, dan Slavic. Total pasukannya menjadi 240 ribu orang. Ada sekitar 80 ribu orang yang diikat dengan rantai agar tidak mundur saat perang. Sementara pasukan Islam hanya berjumlah 40 ribu saja.
Heraklius menunjuk Theodorus Trithurius sebagai panglima tertinggi. Sementara Ghasan dipimpin Jabalah bin Aisham Dairjan, Armenia dipimpin rajanya, Mahan dan Rusia dipimpin Buccinator (Qanateer). Gabungan seluruh pasukan Eropa dipimpin oleh Gregory (Gregorius) dan Dairjan.
Sedangkan pasukan Islam berada di bawah komando Khalid bin Walid yang dikenal yang dikenal dengan sebutan "pedang Allah yang terhunus". Khalid diangkat oleh Khalifah Abu Bakr as-Shiddiq.
Heraklius amat percaya diri karena jumlah pasukannya jauh lebih besar dan dikenal tanggguh. Peralatan beserta logistiknya pun cukup memadai sehingga optimis bisa mengusir kaum Muslimin dari daerah Jajahan.
Pada pertengahan Juni 636 M, pasukan Romawi bergerak dari Antiokia menuju Suriah yang sudah dikuasai kaum Muslimin. Gerakan itu rupanya terdengar oleh Khalid bin Walid. Panglima yang tak pernah terkalahkan ini kemudian menarik pasukannya menuju selatan Suriah.
Khalid juga menyarankan kepada Abu Ubaidah agar mundur ke selatan, tepatnya ke Jabbiya. Abu Ubaidah kemudian mengembalikan jizyah yang diberikan oleh rakyat yang baru dikuasai.
Tak lama kemudian, Jabalah tiba di Emessa. Ternyata ia tidak menemukan seorang Muslimin pun di sana. Sedangkan Qanateer memasuki Damaskus, juga tak menjumpai pasukan Islam. Rupanya gerakan kaum Muslimin begitu cepat sehingga tidak terdeteksi oleh musuh.
Pasukan Muslimin ketika itu berkumpul di Yarmuk, dekat bagian perbatasan Suriah bagian selatan. Di tempat inilah para komandan mengatur strategi.
Khalid memutar otak bagaimana menghadapi menghadapi pasukan Bizantium yang jumlah berkali-kali lipat. Padahal pasukan Islam kala itu tidak membawa persenjataan yang lengkap. Satu-satunya harapan adalah pertologan Allah SWT dengan strategi yang jitu.
PERPADUAN SEMANGAT JIHAD DAN STRATEGI BRILIAN
Pasukan Romawi akhirnya tiba di Yarmuk. Perang pun tak bisa dielakkan.
Sebagaimana biasa, sebelum perang, berlangsunglah episode duel antar Komandan. Berkat pertolongan Allah SWT, para komandan pasukan Muslim berhasil menumbangkan jagoan-jagoan Bizantium. Abdurrahman bin Abu Bakar menjadi jawara terbaik karena berhasil membunuh lima jagoan musuh.
Salah seorang komandan tangguh Romawi, Gregorius Theodore, menantang duel Khalid bin Walid. Terjadilah pertarungan sengit. Tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Padahal tombak itu terbuat dari baja pilihan, bagaimana bisa patah?
Gregorius yang merasa takjub kemudian memungut tombak itu. Ternyata Khalid membiarkannya. Padahal bisa saja ia segera menghabisi Gregorius yang tengah lengah.
Sikap ksatria Khalid itu membuat Gregorius semakin kagum. Jagoan Romawi ini kemudian mendekati Khalid dan bertanya tentang Islam. Semua pertanyaan itu dijawab dengan akurat. Akhirnya Gregorius mengucapkan dua kalimat syahadat.
Gregorius langsung memutuskan untuk bergabung dengan pasukan Islam. Atas kehendak Allah SWT, beberapa saat kemudian ia gugur di tangan bekas anak buahnya.
Khalid kemudian memerintahkan pasukanya agar segera menyerang. Pasukan Islam dipecah menjadi 40 kelompok. Tujuannya untuk memberi kesan seolah-olah jumlahnya lebih besar daripada musuh.
Strategi amat jitu. Pasukan Romawi menjadi cuit nyali. mereka melihat seakan-akan pasukan Muslimin menggelombang dari berbagai penjuru dan tak habis-habisnya.
Sebenarnya pasukan Romawi beberapa kali sempat mendesak pasukan Islam. Selain jumlahnya memang jauh lebih besar, pasukan Islam juga dilanda kelelahan. Maklum pasukan tidak memiliki cadangan karena jumlahnya terbatas. Sedang pasukan Romawi, setiap ada yang lelah langsung diganti pasukan baru.
Beberapa tentara Muslim mundur. Namun digaris belakang, para Muslimah terus memberi semangat. Mereka juga menghadang mujahidin yang mundur serta memukulnya dengan kayu dan melempari dengan batu agar kembali lagi ke medan perang.
Beberapa mujahidah bahkan ikut berperang demi membantu pasukan yang tengah terdesak. Salah satunya Asma binti Yazid yang maju dengan bersenjata tiang penyanga tenda. Ternyata ia berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi. Asma pun selamat dalam pertempuran tersebut meski terluka.
Mujahidah lainnya yang terjun ke medan tempur adalah Juwariah, putri Abu Sofyan. Ia akhirnya gugur di medan laga.
Pasukan Ronawi akhirnya kocar-kacir. Banyak yang lari tunggang langgang dan menuju sebuah lembah bernama Wadi ar-Raqad. Ini adalah satu-satunya daerah yang bisa jadi jalan melarikan diri walaupun topografinya tidak mendukung.
Ditempat ini ada sebuah sungai yang disisinya berupa jurang terjal Pasukan Romawi berupaya menyeberang ke tepi sungai. Saat hampir tiba, ternyata pasukan Islam sudah bersiaga di lokasi itu. Akhirnya pasukan Romawi berhasil ditumpas dengan mudah.
Sampai sehari kemudian, Khalid bersama pasukanya terus mengejar sisa-sisa pasukan musuh. Di dekat Damaskus, Khalid menemukan Mahan. Raja Armenia itu berhasil dibunuh. Sisa pasukan Mahan terus melarikan diri ke arah utara dan Pantai Mediterania.
Kini kawasan Suriah secara keseluruhan telah berhasil dikuasai oleh kaum Muslimin. Sedangkan Heraklius dengan rasa sedih meninggalkan Antiokia menuju Konstantinopel, sebuah kota besar dunia yang satu milennium berikutnya juga berhasil ditaklukkan oleh kaum Muslimin.
Sumber : Bahrul Ulum - Majalah Suara Hidayatullah Edisi 1 (Mei 2017)
Sedangkan pasukan Islam berada di bawah komando Khalid bin Walid yang dikenal yang dikenal dengan sebutan "pedang Allah yang terhunus". Khalid diangkat oleh Khalifah Abu Bakr as-Shiddiq.
Heraklius amat percaya diri karena jumlah pasukannya jauh lebih besar dan dikenal tanggguh. Peralatan beserta logistiknya pun cukup memadai sehingga optimis bisa mengusir kaum Muslimin dari daerah Jajahan.
Pada pertengahan Juni 636 M, pasukan Romawi bergerak dari Antiokia menuju Suriah yang sudah dikuasai kaum Muslimin. Gerakan itu rupanya terdengar oleh Khalid bin Walid. Panglima yang tak pernah terkalahkan ini kemudian menarik pasukannya menuju selatan Suriah.
Khalid juga menyarankan kepada Abu Ubaidah agar mundur ke selatan, tepatnya ke Jabbiya. Abu Ubaidah kemudian mengembalikan jizyah yang diberikan oleh rakyat yang baru dikuasai.
Tak lama kemudian, Jabalah tiba di Emessa. Ternyata ia tidak menemukan seorang Muslimin pun di sana. Sedangkan Qanateer memasuki Damaskus, juga tak menjumpai pasukan Islam. Rupanya gerakan kaum Muslimin begitu cepat sehingga tidak terdeteksi oleh musuh.
Pasukan Muslimin ketika itu berkumpul di Yarmuk, dekat bagian perbatasan Suriah bagian selatan. Di tempat inilah para komandan mengatur strategi.
Khalid memutar otak bagaimana menghadapi menghadapi pasukan Bizantium yang jumlah berkali-kali lipat. Padahal pasukan Islam kala itu tidak membawa persenjataan yang lengkap. Satu-satunya harapan adalah pertologan Allah SWT dengan strategi yang jitu.
PERPADUAN SEMANGAT JIHAD DAN STRATEGI BRILIAN
Pasukan Romawi akhirnya tiba di Yarmuk. Perang pun tak bisa dielakkan.
Sebagaimana biasa, sebelum perang, berlangsunglah episode duel antar Komandan. Berkat pertolongan Allah SWT, para komandan pasukan Muslim berhasil menumbangkan jagoan-jagoan Bizantium. Abdurrahman bin Abu Bakar menjadi jawara terbaik karena berhasil membunuh lima jagoan musuh.
Salah seorang komandan tangguh Romawi, Gregorius Theodore, menantang duel Khalid bin Walid. Terjadilah pertarungan sengit. Tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Padahal tombak itu terbuat dari baja pilihan, bagaimana bisa patah?
Gregorius yang merasa takjub kemudian memungut tombak itu. Ternyata Khalid membiarkannya. Padahal bisa saja ia segera menghabisi Gregorius yang tengah lengah.
Sikap ksatria Khalid itu membuat Gregorius semakin kagum. Jagoan Romawi ini kemudian mendekati Khalid dan bertanya tentang Islam. Semua pertanyaan itu dijawab dengan akurat. Akhirnya Gregorius mengucapkan dua kalimat syahadat.
Gregorius langsung memutuskan untuk bergabung dengan pasukan Islam. Atas kehendak Allah SWT, beberapa saat kemudian ia gugur di tangan bekas anak buahnya.
Khalid kemudian memerintahkan pasukanya agar segera menyerang. Pasukan Islam dipecah menjadi 40 kelompok. Tujuannya untuk memberi kesan seolah-olah jumlahnya lebih besar daripada musuh.
Strategi amat jitu. Pasukan Romawi menjadi cuit nyali. mereka melihat seakan-akan pasukan Muslimin menggelombang dari berbagai penjuru dan tak habis-habisnya.
Sebenarnya pasukan Romawi beberapa kali sempat mendesak pasukan Islam. Selain jumlahnya memang jauh lebih besar, pasukan Islam juga dilanda kelelahan. Maklum pasukan tidak memiliki cadangan karena jumlahnya terbatas. Sedang pasukan Romawi, setiap ada yang lelah langsung diganti pasukan baru.
Beberapa tentara Muslim mundur. Namun digaris belakang, para Muslimah terus memberi semangat. Mereka juga menghadang mujahidin yang mundur serta memukulnya dengan kayu dan melempari dengan batu agar kembali lagi ke medan perang.
Beberapa mujahidah bahkan ikut berperang demi membantu pasukan yang tengah terdesak. Salah satunya Asma binti Yazid yang maju dengan bersenjata tiang penyanga tenda. Ternyata ia berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi. Asma pun selamat dalam pertempuran tersebut meski terluka.
Mujahidah lainnya yang terjun ke medan tempur adalah Juwariah, putri Abu Sofyan. Ia akhirnya gugur di medan laga.
Pasukan Ronawi akhirnya kocar-kacir. Banyak yang lari tunggang langgang dan menuju sebuah lembah bernama Wadi ar-Raqad. Ini adalah satu-satunya daerah yang bisa jadi jalan melarikan diri walaupun topografinya tidak mendukung.
Ditempat ini ada sebuah sungai yang disisinya berupa jurang terjal Pasukan Romawi berupaya menyeberang ke tepi sungai. Saat hampir tiba, ternyata pasukan Islam sudah bersiaga di lokasi itu. Akhirnya pasukan Romawi berhasil ditumpas dengan mudah.
Sampai sehari kemudian, Khalid bersama pasukanya terus mengejar sisa-sisa pasukan musuh. Di dekat Damaskus, Khalid menemukan Mahan. Raja Armenia itu berhasil dibunuh. Sisa pasukan Mahan terus melarikan diri ke arah utara dan Pantai Mediterania.
Kini kawasan Suriah secara keseluruhan telah berhasil dikuasai oleh kaum Muslimin. Sedangkan Heraklius dengan rasa sedih meninggalkan Antiokia menuju Konstantinopel, sebuah kota besar dunia yang satu milennium berikutnya juga berhasil ditaklukkan oleh kaum Muslimin.
Sumber : Bahrul Ulum - Majalah Suara Hidayatullah Edisi 1 (Mei 2017)
0 komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.