GAHARU, AROMA TERAPI ALA NABI
Di Indonesia pengasapan atau atau
fogging telah dikenal sejak 1972. Tujuannya untuk mengendalikan nyamuk yang
ditengarai menjadi vektor (pembawa) penyakit demam berdarah, malaria, dan lain
sebagainya. Namun, pengasapan tersebut umumnya menggunakan zat kimia bersifat
insektisida.
Senyawa seperti malathion,
sumithion, fenithrothion, perslin, dan lain-lain, yang menggunakan fogging
berdampak negatif terhadap manusia dan
dinilai sangat mencemari lingkungan. Begitu juga bahan pengencernya yang berupa
minyak tanah atau solar.
Laman antaranews.com (29/2/16)
mengutip jurnal Epidemiologi 1992, bahwa telah diteliti hubungan antara paparan
malathion dengan kelainan gastrointestinal (saluran cerna). Menurut hasil
penelitian tersebut ditemukan wanita hamil yang terpapar malathion berisiko 2.5
kali lebih besar anaknya menderita kelainan gastrointestinal. Belum lagi
masalah lain yang pernah diteliti terkait paparan malathion, seperti gagal
ginjal, kerusakan paru, penurunan sistem kekebalan tubuh dan lain sebagainya.
Akhirnya pencegahan wabah dengan
fogging selain tidak menyentuh akar permasalahan, tidak ramah terhadap
lingkungan dan manusia juga berdampak serius bagi kesehatan. Ditambah kenyataan
yang terpengaruh fogging hanya nyamuk, bukan jentiknya. Dan nyamuk yang mampu
bertahan akan resisten (kebal).
Sejatinya Rasulullah ï·º juga gemar melakukan pengasapan
untuk tujuan kesehatan jasmani dan membersihkan udara. Uniknya, bahan yang
beliau gunakan bisa jadi berasal dari Indonesia, bagaimana bisa?
Rasulullah ï·º
memerintahkan untuk memperhatikan kebrsihan dan keharuman bangunan masjid dan
rumah.
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha beliau berkata,
“Rasulullah ï·º memerintahkan membangun masjid-masjid di kampung-kampung dan
dibersihkan serta diberi wewangian.” (Riwayat Abu daud, At-Tirmidzi, Ahmad).
Upaya mengahrumkan masjid dan
rumah tersebut ada bebrapa cara, yaitu membubuhi dengan minyak wangi atau
pengasapan yang disebut fumigasi. Dengan begitu selain hama akan lenyap, juga
dapat menyehatkan tubuh dan jiwa. Karena bahan yang digunakan untuk
pengasapannya ramah lingkungan.
Dari Nafi’, dia berkata, “Apabila
Umar Radhiyalahu Ahu mem
Ibnul Qayyim menyatakan dalam
Zadul Ma’ad bahwasanya tidak ada bagian rumah Rasulullah ï·º
yang berbau busuk sehingga mengganggu penghuninya. Sebaliknya, yang ada adalah
bau harum semerbak, karena Rasulullah ï·º
suka memakai wewangian. Wewangian yang beliau gunakan adalah yang paling wangi
dan paling semerbak.
Menurut Ibnu Muflih dalam Al-Adab
Asy- Syar’iyyah aroma terapi mepunyai efek positif dalam menjaga kesehatan,
karena aroma wangi tersersebut merupakan nutrisi untuk ruh. Sedangkan ruh
adalah kendaraan bagi stamina, sehingga stamina akan meningkat dengan
wewangian. Aroma terapi bagi organ bagian dalam, seperti otak dan jantung, juga
membuat jiwa merasa tenang.
TERBANYAK DI INDONESIA
Bahan pengasapan untuk aroma
terapi sebagaimana disebutkan dalam hadis diatas yaitu al-aluwwah dan kafur,
ini adalah tanaman endemik di Asia Tenggara dan sekitarnya.
Tanaman penghasil resin kafur,
Dryobalanops aromatica yang tersebar di pulau Sumatera telah di ekspor dari
Barus, Sumatera Utara hingga ke mesir sejak zaman Fir’aun.
Penghasil kafur lainnya adalah
Chinnamomum camphora yang berasal dari kawasan China Selatan, Jepang, Korea,
dan Vietnam. Namun demikian, tanaman ini banyak terdapat di Sumatera dan
Kalimantan. Sementara al-Aluwwah adalah ‘Ud, bahasa inggrisnya oud, aloeswood
atau agarwood.
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa ‘ud
al-hindi ada dua macam, yaitu yang dimanfaatkan sebagai obat, itulah al-kust,
dan disebut al-qusth. Kedua yang bermanfaat untuk wewangian ini disebut
al-aluwwah.
Bahasa Indonesia oud adalah
Gaharu. Resin gaharu dihasilkan dari tanaman Aquilaria sp yang tersebar mulai
dari India, China, hingga Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dari 17 spesies
Aquilaria penghasil resin gaharu 6 diantaranya terdapat di Indonesia, yaitu A.
Acuminata, A. Beccariana, A. Cuminginiana, A. Hirta, A. Malaccensis dan A.
Microcapa.
Maka, bukan tanpa alasan jika
kemungkinan gaharu yang dipakai oleh Nabi ï·º
dan para sahabat bisa saja di Ekspor dari Indonesia. Walau Thailand sebaga
pengshasil gaharu kelas satu, kenyataan saat ini penghasil gaharu terbesar
adalah Indonesia.
Resin gaharu diperoleh dengan dua
cara. Pada zaman dulu pohon gaharu yang tumbuh liar dan telah terinfeksi secara
alami selama puluhan tahun ditebang, kemudian dipendam hingga lapuk dan
menyisakan kayu mengandung resin. Kayu gaharu yang tenggelam di air adalah
kualitas terbaik. Metode dan kualitas tersebut dijelaskan Ibnul Qayyim dalam
Zadul Ma’ad.
Gaharu kelas satu adalah salah
satu bahan alam termahal di dunia. Pada tahun 2010 harga gaharu murni kelas
super dibanderol 100 ribu dolar per kilogram. Harga jual rata-rata kayu dan
minyak dari penyulingan resin gaharu di pasaran internasional 100 dolar per
kilogram (sekitar 1,3 juta rupiah).
Sesuai standar SNI ada tiga jenis
produk yang diperdagangkan dari batang pohon gaharu, yaitu gubal (3 kelas
kualitas), kemendangan (7 kelas kualitas), dan abu gaharu (3 kelas kualitas).
Resin gaharu mengandung campuran
senyawa kompleks, terutama golongan terpenoid. Senyawa ini menghasilkan bau
harum beraneka ragam, seperti balsam, pedass, woody, dan manis.
Menurut jurnal berjudul An
Insight of Pharmacognostic Study
and Phytopharmacology of Aquilaria Agallocha, minyak gaharu menghasilkan efek
sedativ. Senyawa yang bertanggung jawab akan hal ini adalah benzilaseton,
alfa-gurjunen dan calaren yang terdapat pada minyak gaharu.
Tidak salah jika Ibnu Muflih menyatakan
bahwa aroma terapi bermanfaat untuk otak dan membuat jiwa merasa tenang.
Sementara jurnal yang berjudul
Mosquitocidal Activities of Malaysian Plants, menyatakan bahwa minyak gaharu
dari pohon aquilaria malaccensis memiliki aktivitas larvasida dan repelan (pengusir
nyamuk) yang diuji terhadap nyamuk Aedes aegypti.
Ibnu Samjun berkata, “sistem
fumigasi (menggunakan kayu ‘ud) merupakan cara menjaga kebersihan udara dan
membuatnya menjadi lebih baik, karena sesungguhnya keberihan udara adalah salah
satu dari enam unsur esensial penyebab kesehatan, udara bersih maka tubuh
menjadi sehat.” (Zadul Ma’ad hal. 275).
Ada banyak aktivitas lainnya dari
gaharu yang beranfaat untuk kesehatan. Tak salah jika Rasulullah ï·º menggunakannya sebagai fumigasi. Itulah kehebatan dari
pengobatan ala Nabi ï·º yang bersumber dari kebenaran wahyu. Wallahu a’lam.
Sumber: Joko Rinanto, Pengajar
dan Praktisi Thibun Nabawi | Majalah Suara Hidayatullah Edisi 10 (Februari
2017) hal. 58-59